04 Mei 2021

 

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

MAENPO MARGALUYU

 

PRINSIP PEMBELAJARAN

Seorang penghayat atau seseorang yang ingin belajar/mempelajari Maenpo Margaluyu, perlu memperhatikan beberapa prinsip dasar di luar jurus, teknik, aplikasi dan kaedah rasa. Beberapa prinsip pembelajaran itu adalah:

Ikhlas, Yang pertama perlu ditaati adalah niatkan untuk belajar secara ikhlas, dalam artian tidak ada maksud-maksud tersembunyi seperti hanya sekedar mencoba, ingin mendapatkan kaedah-kaedah tertentunya saja, atau jurus/teknik tertentu untuk kepentingan pribadi. Niatkanlah untuk belajar secara ikhlas, yaitu memang ingin menekuni, menguasai, melestarikan dan mengembangkan untuk kemaslahatan diri sendiri dan masyarakat.

Cinta, Yang kedua adalah cintailah Maenpo Margaluyu ini maka dia akan mencintai kita. Dengan niat yang ikhlas, maka akan timbul cinta terhadapnya dan insyaallah kita akan dimudahkan dalam menuntut ilmu ini.

Sabar, Maenpo Margaluyu adalah silat yang mengutamakan rasa. Yang dikejar untuk dikuasai adalah “rasa”. Kadang seperti membosankan, sekilas sepertinya dari waktu ke waktu yang dipelajari cuma itu-itu saja. Padahal kita tidak menyadari bahwa sudah ada peningkatan dari pelajaran yang kita dapatkan. Oleh karena itu bersabarlah.

Kemauan yang kuat, Insyaallah dengan kemauan yang kuat para guru dan pelatih pun akan dengan senang hati menurunkan ilmunya.

Banyak bertanya, Bukan dalam artian cerewet tapi asal bunyi. Bertanyalah apa yang tidak kita mengerti, tapi sebelum bertanya coba dan usaha lebih dulu. Setelah terasa mentok barulah bertanya. Insyaallah selanjutnya akan terus mengerti.

Kejarlah untuk “mengerti” tidak hanya sekedar bisa, Dengan pengertian, maka semua pelajaran akan diterima dengan lebih mudah.

Takdir, Di luar semua itu, kita harus kembalikan semuanya kepada Allah SWT, Yang Maha Kuasa. Takdir-Nya-lah yang menentukan seberapa jauh ilmu yang akan kita dapatkan dan kuasai dari Maenpo Margaluyu ini.

PRINSIP TAHAPAN OLAH RASA

Sangat penting di Maenpo Margaluyu adalah “Olah Rasa”, yang dilakukan melalui “Ulin Tapel”. Jadi bagi anggota Maenpo Margaluyu baik itu yang belajar Halusan, Tikahan, Mahdi, Sahbandar, Masaka dan Payung Rosul pada akhirnya semua belajar Ulin Tapel. Ulin Tapel (olah rasa) sendiri dilakukan dalam tahapan:

Rasa Napel (Napel = Menempel), Ini adalah tahap pertama dalam olah rasa, dilakukan dengan menempelkan kedua lengan dengan lawan. Untuk anggota  Maenpo Margaluyu dengan “rasa” yang sudah sangat halus dan tajam, mereka melakukannya dengan tidak melihat (menunduk atau menutup mata dengan kain), tetapi bisa merasakan pergerakan lawan maupun arah tenaga dan sumber tenaga lawan.

Rasa Anggang (Anggang = “terdapat jarak”), Tahapan kedua adalah “rasa anggang”, yang dilakukan tanpa menempelkan tangan, dan mencoba membaca tenaga, arah serangan, sumber tenaga dan pergerakan lawan. Ini seperti “rasa napel” yang diberi jarak. Seperti juga dalam “rasa napel”, anggota Maenpo Margaluyu yang expert bisa melakukannya dengan mata tertutup.

Rasa Sinar (Energi), Ini mungkin terdengar dan terlihat seperti “utopia”, mimpi/khayalan. Tetapi kalau sudah melihat seorang pelaku Maenpo Margaluyu melakukannya mungkin akan percaya. Hal ini tidak berhubungan dengan ilmu ghaib. Rasa Sinar/energi sendiri bisa diartikan latihan intuisi dan eksistensi. Mungkin salah satu contoh penerapannya kita bisa mengetahui orang yang datang mendekati kita itu punya niat baik atau jahat. Sesuai dengan namanya, merasakan dari “sinar/energi” orang.

Ketiga “olah Rasa” tersebut bertujuan untuk mencari “kesempurnaan rasa” dalam Maenpo Margaluyu yang disebut “rasa sajeroning rasa”, artinya “rasa di dalam rasa”. Sebuah wujud ketenangan dan kematangan dalam ber-Maenpo.

PRINSIP IMPLENTASI JURUS

Untuk dapat melakukan jurus-jurus Maenpo Margaluyu dengan baik, maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

Posisi, waktu, alat, jangkauan, gerakan, dan sasaran harus benar dan tepat. Sebab, jika tidak benar dan tepat hasilnya tidak maksimal (tidak seperti yang diinginkan).

Berusaha untuk dekat dengan lawan, Dasar pencak Maenpo Margaluyu adalah permainan rasa dengan memanfaatkan atau menyalurkan tenaga lawan. Untuk dapat melaksanakannya dengan baik, maka pesilat Menpo Margaluyu harus berusaha sedekat mungkin (menempel) pada lawan. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka dalam pencak Maenpo  Margaluyu dikenal beberapa istilah, seperti: ameng tampelan, tatapelan atau usik-usikan. Jenis tenaga rasa banyak macamnya bergantung pada daya dan kegunaan. Jadi, bisa dari pangkal lengan, telapak kaki, jari-jari, dan anggota tubuh lainnya. Pemukulan misalnya, dalam seni beladiri tradisional lainnya (selain silat Maenpo) biasanya tenaga telah diisi pada awal pemukulan, sehingga jika luput (tidak mengenai sasaran) si pemukul akan terbawa oleh tenaganya sendiri. Akan tetapi, dalam Maenpo Margaluyu tenaga tidak dimulai pada awal pemukulan, melainkan pada saat mengenai sasaran. Jika pukulan tertahan oleh lawan, maka tenaga secepatnya ditarik kembali dan dikosongkan (seperti semula).

Gerakan untuk menghindar, Setiap tekanan yang terasa oleh pesilat Maenpo Margaluyu harus secapatnya dinetralisir (biasanya secara reflek karena sudah menguasai rasa). Sebagai catatan, dalam pencak Maenpo Margaluyu tidak ada ibing penca (permainan silat yang hanya berupa pengantar). Akan tetapi, langsung berisi karena sifat pencak maenpo ini ringkas dan gesit. Oleh karena itu, tidak selaras dengan gendang pencak.

Fungsi pencak yang disebut sebagai Maenpo Margaluyu ini adalah sebagai seni bela diri dan sekaligus kesehatan. Sedangkan, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya antara lain adalah: kesabaran, kecermatan dan ketangkasan. Nilai kesabaran tercermin dari penguasaan rasa yang tentunya tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dipelajari segara gigih dan penuh dengan kesabaran. Nilai kecermatan dan ketangkasan tercermin ketika harus melakukan gerakan-gerakan yang benar dan tepat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar