PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
MAENPO MARGALUYU
PRINSIP PEMBELAJARAN
Seorang penghayat atau seseorang yang ingin
belajar/mempelajari Maenpo Margaluyu, perlu memperhatikan beberapa prinsip
dasar di luar jurus, teknik, aplikasi dan kaedah rasa. Beberapa prinsip
pembelajaran itu adalah:
Ikhlas,
Yang pertama perlu ditaati adalah niatkan
untuk belajar secara ikhlas, dalam artian tidak ada maksud-maksud tersembunyi
seperti hanya sekedar mencoba, ingin mendapatkan kaedah-kaedah tertentunya
saja, atau jurus/teknik tertentu untuk kepentingan pribadi. Niatkanlah untuk
belajar secara ikhlas, yaitu memang ingin menekuni, menguasai, melestarikan dan
mengembangkan untuk kemaslahatan diri sendiri dan masyarakat.
Cinta, Yang kedua adalah cintailah Maenpo Margaluyu
ini maka dia akan mencintai kita. Dengan niat yang ikhlas, maka akan timbul
cinta terhadapnya dan insyaallah kita akan dimudahkan dalam menuntut ilmu
ini.
Sabar, Maenpo Margaluyu adalah silat yang
mengutamakan rasa. Yang dikejar untuk dikuasai adalah “rasa”. Kadang seperti
membosankan, sekilas sepertinya dari waktu ke waktu yang dipelajari cuma
itu-itu saja. Padahal kita tidak menyadari bahwa sudah ada peningkatan dari
pelajaran yang kita dapatkan. Oleh karena itu bersabarlah.
Kemauan
yang kuat, Insyaallah dengan kemauan yang kuat para guru dan
pelatih pun akan dengan senang hati menurunkan ilmunya.
Banyak
bertanya, Bukan dalam artian
cerewet tapi asal bunyi. Bertanyalah apa yang tidak kita mengerti, tapi sebelum
bertanya coba dan usaha lebih dulu. Setelah terasa mentok barulah bertanya.
Insyaallah selanjutnya akan terus mengerti.
Kejarlah
untuk “mengerti” tidak hanya sekedar bisa, Dengan pengertian, maka semua pelajaran akan diterima
dengan lebih mudah.
Takdir,
Di luar semua itu, kita harus kembalikan
semuanya kepada Allah SWT, Yang Maha Kuasa. Takdir-Nya-lah yang menentukan
seberapa jauh ilmu yang akan kita dapatkan dan kuasai dari Maenpo Margaluyu
ini.
PRINSIP TAHAPAN OLAH RASA
Sangat penting di Maenpo Margaluyu
adalah “Olah Rasa”, yang dilakukan melalui “Ulin Tapel”. Jadi bagi
anggota Maenpo Margaluyu baik itu yang belajar Halusan, Tikahan, Mahdi,
Sahbandar, Masaka dan Payung Rosul pada akhirnya semua belajar Ulin Tapel. Ulin
Tapel (olah rasa) sendiri dilakukan dalam tahapan:
Rasa
Napel (Napel = Menempel), Ini adalah tahap pertama dalam olah rasa, dilakukan dengan menempelkan
kedua lengan dengan lawan. Untuk anggota
Maenpo Margaluyu dengan “rasa” yang sudah sangat halus dan tajam, mereka
melakukannya dengan tidak melihat (menunduk atau menutup mata dengan kain),
tetapi bisa merasakan pergerakan lawan maupun arah tenaga dan sumber tenaga
lawan.
Rasa
Anggang (Anggang = “terdapat jarak”), Tahapan kedua adalah “rasa anggang”, yang dilakukan
tanpa menempelkan tangan, dan mencoba membaca tenaga, arah serangan, sumber
tenaga dan pergerakan lawan. Ini seperti “rasa napel” yang diberi jarak.
Seperti juga dalam “rasa napel”, anggota Maenpo Margaluyu yang expert bisa
melakukannya dengan mata tertutup.
Rasa
Sinar (Energi), Ini mungkin
terdengar dan terlihat seperti “utopia”, mimpi/khayalan. Tetapi kalau sudah
melihat seorang pelaku Maenpo Margaluyu melakukannya mungkin akan percaya. Hal
ini tidak berhubungan dengan ilmu ghaib. Rasa Sinar/energi sendiri bisa
diartikan latihan intuisi dan eksistensi. Mungkin salah satu contoh
penerapannya kita bisa mengetahui orang yang datang mendekati kita itu punya
niat baik atau jahat. Sesuai dengan namanya, merasakan dari “sinar/energi”
orang.
Ketiga “olah Rasa” tersebut bertujuan untuk
mencari “kesempurnaan rasa” dalam Maenpo Margaluyu yang
disebut “rasa sajeroning rasa”, artinya “rasa di dalam rasa”. Sebuah wujud
ketenangan dan kematangan dalam ber-Maenpo.
PRINSIP IMPLENTASI JURUS
Untuk dapat melakukan jurus-jurus Maenpo
Margaluyu dengan baik, maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Posisi, waktu, alat, jangkauan, gerakan, dan
sasaran harus benar dan tepat. Sebab, jika tidak benar dan tepat hasilnya tidak
maksimal (tidak seperti yang diinginkan).
Berusaha untuk dekat dengan lawan, Dasar
pencak Maenpo Margaluyu adalah permainan rasa dengan memanfaatkan atau
menyalurkan tenaga lawan. Untuk dapat melaksanakannya dengan baik, maka pesilat
Menpo Margaluyu harus berusaha sedekat mungkin (menempel) pada lawan. Oleh
karena sifatnya yang demikian, maka dalam pencak Maenpo Margaluyu dikenal beberapa istilah, seperti:
ameng tampelan, tatapelan atau usik-usikan. Jenis tenaga rasa banyak macamnya
bergantung pada daya dan kegunaan. Jadi, bisa dari pangkal lengan, telapak
kaki, jari-jari, dan anggota tubuh lainnya. Pemukulan misalnya, dalam seni
beladiri tradisional lainnya (selain silat Maenpo) biasanya tenaga telah diisi
pada awal pemukulan, sehingga jika luput (tidak mengenai sasaran) si pemukul
akan terbawa oleh tenaganya sendiri. Akan tetapi, dalam Maenpo Margaluyu tenaga
tidak dimulai pada awal pemukulan, melainkan pada saat mengenai sasaran. Jika
pukulan tertahan oleh lawan, maka tenaga secepatnya ditarik kembali dan
dikosongkan (seperti semula).
Gerakan untuk menghindar, Setiap tekanan yang
terasa oleh pesilat Maenpo Margaluyu harus secapatnya dinetralisir (biasanya
secara reflek karena sudah menguasai rasa). Sebagai catatan, dalam pencak
Maenpo Margaluyu tidak ada ibing penca (permainan silat yang hanya berupa
pengantar). Akan tetapi, langsung berisi karena sifat pencak maenpo ini ringkas
dan gesit. Oleh karena itu, tidak selaras dengan gendang pencak.
Fungsi pencak yang disebut sebagai Maenpo
Margaluyu ini adalah sebagai seni bela diri dan sekaligus kesehatan. Sedangkan,
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya antara lain adalah: kesabaran,
kecermatan dan ketangkasan. Nilai kesabaran tercermin dari penguasaan rasa yang
tentunya tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dipelajari segara gigih
dan penuh dengan kesabaran. Nilai kecermatan dan ketangkasan tercermin ketika
harus melakukan gerakan-gerakan yang benar dan tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar